Ketika Sebuah Negeri Menjual Perempuannya*

Desaku yang kucinta Pujaan hatiku Tempat ayah dan bunda Dan handai taulanku Rumahku di desa, tak jauh dari sawah tempatku menggantungkan hidup. Setiap hari, berjalan kaki beberapa ratus meter, tak pernah terasa lelah. Warna warni bunga mengiringi perjalananku. Hijaunya pepohonan, dengan embun yang menetes, menyegarkan langkah demi langkah kakiku, menuju sawahku tercinta. Setiap hari dengan suami, kami berbagi petak, berbagi kerja untuk kehidupan keluarga kami, terutama untuk Tole, anak semata wayangku. Hingga suatu hari, sawah sumber penghidupan kami itu dipagari tembok-tembok dengan kawat berduri. Kami dilarang ke sana. Katanya, sawah itu sudah dibeli untuk dibangun pabrik. Aku menangis kebingungan. Kenapa sawah tempat kami bekerja diratakan? Sawah … Lanjutkan membaca Ketika Sebuah Negeri Menjual Perempuannya*