Kartu dan Konseling

sumber:http://default.tabloidnova.com

Beberapa waktu yang  lalu, mungkin sekitar dua tahun, seorang sahabatku yang juga psikolog membawa salah satu alat tes psikologi berwujud kartu. Ada banyak kartu, semuanya menggambarkan tangan manusia, dalam berbagai posisi dan bentuk, dan temanku memintaku menceritakan apa yang aku pikirkan  ketika aku melihat masing-masing kartu  itu.

Sekitar seminggu setelah tes itu dilakukan, temanku menceritakan hasilnya. Berbeda dengan kawan-kawan yang lain yang juga dites, untuk hasilku, dia tidak mau menceritakannya di depan banyak orang. Lalu kami memilih sebuah sudut toko buku (karna kafe dari toko  buku itu adalah tempat nongkrong kami), dan menceritakan hasilnya.

Awalnya dia bercerita tentang bagaimana aku menyikapi masalah, sejauh mana usahaku dalam menggapai impianku, dan hal-hal yang serupa dengan kawan-kawan lainnya

Lalu dia bilang, bahwa dia menemukan trauma dalam diriku melalui tes itu. Yang mengakibatkan aku tidak bisa percaya pada pria, dan hubungan dengan pria. Saat itu dia memintaku untuk konseling, sempat terpikir akan konseling dengannya, karena saat itu dia sedang menyelesaikan kuliah S2, psikologi klinis dewasanya. tapi dia menolak, karena takut konflik of interest. Namun aku berjanji akan konseling untuk mengobati traumaku.

Dau tahun berlalu, aku belum konseling.

Aku belum pernah jatuh cinta lagi

Aku belum siap memberikan kepercayaan dan membangun hubungan dengan pria.

Lalu ketika aku sedang mengantarkan seorang mantan Buruh Migran yang membutuhkan konseling ke sebuah yayasan, tiba-tiba aku teringat lagi akan janjiku, tidak hanya kepada sahabatku, tapi juga kepada diiku sendiri, bahwa aku akan konseling, bahwa aku ingin bangkit, dan keluar dari traumaku.

Bismillah, semoga kali ini tak sekedar rencana

Insyaallah aku siap melaksanakannya.

2 pemikiran pada “Kartu dan Konseling

Tinggalkan komentar